Siklon Tropis yang telah melanda Propinsi NTT terjadi sejak tanggal 30 Maret 2021, seperti hujan deras, angin kencang serta gelombang tinggi. Sebelumnya BMKG telah memberikan peringatkan akan terjadinya bencana hidrometeorologi tersebut. BMKG menerbitkan peringatan dini terkait bahaya Gelombang Tinggi yang berlaku dari tgl 5 - 6 April 2021 di berbagai wilayah di Indonesia yang mencapai ketinggian gelombang 2-6 meter. Khusus untuk Wilayah samudra Hindia Selatan NTT ketinggian gelombang di perkirakan mencapai lebih dari 6 meter, iman masuk kategori bencana atau cuacara ekstrem. Puncak dari bencana siklon ini terjadi pada tanggal 04 April 2021.
Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per Senin (5/4), pukul 23.00 WIB sebanyak 2.019 KK atau 8.424 warga mengungsi serta 1.083 KK atau 2.683 warga lainnya terdampak. Pemerintah daerah terus memutakhirkan data dari kaji cepat di lapangan. Warga yang mengungsi tersebar di lima kabupaten di wilayah Provinsi NTT.
Pengungsian terbesar diidentifikasi berada di Kabupaten Sumba Timur dengan jumlah 7.212 jiwa (1.803 KK) , Lembata 958, Rote Ndao 672 (153 KK), Sumba Barat 284 (63 KK) dan Flores Timur 256.
Siklon tropis ini berdampak di 8 wilayah administrasi kabupaten dan kota, antara lain Kota Kupang, Kabupaten Flores Timur, Malaka, Lembata, Ngada, Sumba Barat, Sumba Timur, Rote Ndao, Alor dan Sabu Raijua (wilayah dampingan Yayasan SHEEP Indonesia). Total warga meninggal dunia (MD) berjumlah 128 warga meninggal dunia selama cuaca ekstrem berlangsung di beberapa wilayah tersebut, dengan rincian Kabupaten Lembata 67 orang, Flores Timur 49, dan Alor 12.Total korban hilang mencapai 72 orang, dengan rincian Kabupaten Alor 28 orang, Flores Timur 23, dan Lembata 21.
Stay save and strong Om Andi dan Om Carlo, staf YSI di wilayah Sabu Raijua, serta teman-teman di Sabu Raijua. Semoga badai segera berlalu.
#PrayforNTT #SabuRaijuaTangguh #SabuRaijuaBangkit #NTTBangkit